Rabu, 09 April 2025

Badai Belum Berlalu: Akan ada Tarif Balasan, IHSG & Rupiah Rawan Tertekan

 



BERITAHUDOTID - WWW.BET-888.ORG Pasar keuangan Indonesia mengalami penutupan yang sangat buruk pada hari Selasa, 8 April 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 7,9% menjadi 5. 996,14, di mana 672 saham mengalami penurunan, 30 saham naik, dan 95 saham stagnan. Transaksi perdagangan mencapai Rp 20,95 triliun dengan 22,78 miliar saham terlibat, dan investor asing mencatat net sell sebesar Rp 3,87 triliun. 


Seluruh sektor saham mengalami penurunan, dengan sektor industri dasar turun 10,54%, sektor teknologi 10,23%, dan sektor siklikal 8,82%. Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah melemah 1,84% menjadi Rp 16. 860 per dolar AS, berbanding terbalik dengan penguatan pada 27 Maret 2025. Kebijakan tarif dari Presiden Donald Trump menyebabkan ketidakpastian global dan dampak signifikan pada pasar keuangan Indonesia. Indonesia akan dikenai tarif timbal balik hingga 32% akibat defisit AS terhadap Indonesia. 


Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang terlihat stabil di level Rp 16. 800. Untuk imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun, naik dari 6,98% menjadi 7,084%, menunjukkan bahwa investor mengurangi alokasinya dalam SBN. 


Pasar saham AS juga mengalami penurunan tajam dengan Dow Jones Industrial Average turun 320,01 poin menjadi 37. 645,59. Kekhawatiran investor meningkat menjelang tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Trump, di mana produk dari China akan dikenakan tarif kumulatif sebesar 104%. S&P 500 turun 1,57%, dan Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi merosot 2,15%. Pelemahan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap dampak ekonomi dari tarif tambahan terhadap China, termasuk gangguan rantai pasokan dan tekanan pada margin perusahaan teknologi besar.

Pasar saham, rupiah, dan surat berharga negara (SBN) di Indonesia mengalami tekanan besar. Aksi jual oleh investor asing membuat pasar keuangan Indonesia berada dalam keadaan sulit. Diperkirakan pasar keuangan Indonesia akan terus bergejolak hari ini karena tarif resiprokal yang akan diberlakukan. 


Inflasi Indonesia pada Maret 2025 meningkat, terutama disebabkan oleh perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Inflasi bulanan dan tahunan masing-masing tercatat sebesar 1,65% dan 1,03%, dengan angka indeks harga konsumen (IHK) 107,22. Bulan ini menandai akhir deflasi yang terjadi selama dua bulan sebelumnya. Deflasi terjadi di bulan Januari dan Februari sebesar 0,76% dan 0,48%. Penyebab utama lonjakan inflasi ini adalah selesainya diskon tarif listrik 50% dari pemerintah. 


Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menegaskan akan menggunakan jalur negosiasi dengan Amerika Serikat dan tidak akan menerapkan tarif tinggi pada barang ekspor dari AS. Beberapa poin negosiasi antara lain termasuk rencana relaksasi kewajiban komponen dalam negeri di sektor teknologi, evaluasi kebijakan larangan terbatas, serta meningkatkan impor produk dari AS seperti produk agrikultur dan sektor energi tanpa menambah beban anggaran negara. 


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan tajam dan sempat mengalami penghentian perdagangan sementara (trading halt). Penurunan ini mirip dengan kejatuhan saham pada krisis 1998 dan 2008, dengan penurunan mencapai 9,19% di saat pembukaan pasar. Aturan untuk trading halt juga mengalami perubahan, dari sebelumnya 5% menjadi 8%. 


Rupiah terpuruk dengan pembukaan di level Rp16. 850 per dolar AS dan ditutup di Rp16. 860. Nilai ini merupakan yang terburuk dalam sejarah, bahkan lebih rendah daripada saat krisis 1998. Ketidakpastian global dan dampak perang dagang membuat investor asing menjauh dari pasar Indonesia. Jika resesi global benar-benar terjadi, dampaknya akan terasa di Indonesia meski tidak seburuk negara lain yang bergantung pada ekspor ke AS. Investor cenderung menarik dana dari negara berkembang, yang dapat melemahkan nilai tukar rupiah.

Tarif resiprokal dari Amerika Serikat akan mulai diberlakukan pada 9 April 2025 untuk produk impor dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan bahwa Pemerintahan Trump akan tetap menerapkan tarif tersebut meskipun terjadi penurunan pasar saham global. Dia menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk menunda pelaksanaan tarif dan bahwa tarif ini akan menyebabkan volatilitas yang besar di pasar keuangan. 


Trump juga mengumumkan bahwa ia akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% terhadap impor dari China jika negara tersebut tidak mencabut kebijakan tarif balasannya. Dengan demikian, tarif barang dari China ke AS bisa mencapai 104%. Ancaman ini adalah bagian dari konflik perdagangan yang semakin memburuk antara AS dan China, yang telah menyebabkan penurunan pasar saham dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, Gedung Putih telah mengumumkan tarif 34% terhadap barang-barang dari China, dan China membalas dengan tarif yang sama terhadap produk AS. Trump menyampaikan bahwa setiap balasan tarif akan mengakibatkan tarif baru yang lebih tinggi.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. 1.Suku Bunga India (11:30 WIB)
  2. 2.Consumer Confidence Japan (12:00 WIB)
  3. 3.Penjualan Motor Indonesia
  4. 4.Launching Initiation of Onshore Liquefied Natural Gas (OLNG) Feed.

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  1. 1.Pemberitahuan RUPS Rencana 31-12-2024 Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
  2. 2.Pemberitahuan RUPS Rencana 31-12-2024 Bank Permata Tbk (BNLI)
  3. 3.Pemberitahuan RUPS Rencana 31-12-2024 PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
  4. 4.Pemberitahuan RUPS Rencana 31-12-2024 ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA)
  5. 5.tanggal ex Dividen Tunai PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP)
  6. 6.tanggal cum Dividen Tunai PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)