Jumat, 04 April 2025

Dihantam Kebijakan Trump, 2 Negara Siap Balas Dendam dengan Tindakan Keras

 


BERITAHUDOTID - WWW.BET-888.ORG Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memukul seluruh dunia dengan tarif baru 2 April lalu. Ia menetapkan tarif dasar 10% ke seluruh negara yang mengimpor barang ke AS dan menerapkan tambahan lebih tinggi ke sejumlah negara yang dianggap memperlakukan impor AS dengan buruk.

Hal ini merupakan bagian dari tarif timbal balik (resiprokal), yang diumbar-umbar Trump sejak Februari lalu. Tarif dasar berlaku 5 April nanti sementara yang lebih tinggi mulai 9 April.

Tarif itu menyasar negara dengan surplus perdagangan ke Paman Sam dan yang menerapkan tarif tinggi ke barang AS juga dianggap "memanipulasi dolar". Indonesia pun tak luput dari 'gebukan' Trump, bahkan dipatok tarif 32%.

Lalu, bagaimana reaksi dunia dengan ini? Setidaknya ada dua negara yang langsung membalas dendam ke Trump, dikutip AFP, Jumat (4/4/2025).

Macron Ngamuk 

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Kamis menyerukan penangguhan investasi di AS hingga tarif baru yang dijulukinya "brutal dan tidak berdasar" terhadap Eropa dan seluruh dunia diklarifikasi. Prancis adalah bagian dari UE, yang dikenai tarif lebih tinggi 20%.

"Investasi masa depan, investasi yang diumumkan dalam beberapa minggu terakhir, harus ditangguhkan untuk sementara waktu selama situasi dengan Amerika Serikat belum diklarifikasi," kata Macron dalam pertemuan perusahaan Prancis yang juga dihadiri oleh menteri Prancis dan Perdana Menteri (PM) Francois Bayrou.

Macron pun memberi ramalan buruk ke AS. Ia menyebut warganya akan menjadi semakin lemah dan miskin setelah pengumuman tarif Trump.

"Brutal dan tidak berdasar," ujarnya.

"Akan memiliki dampak besar pada ekonomi Eropa," tegasnya lagi.

Ia juga meminta Eropa untuk bersatu dalam memberi tanggapan ke AS. Dirinya memperingatkan tindakan sepihak apa pun tak akan efektif.

Kanada Langsung Balas Dendam

Kanada langsung membalas dendam ke Trump. Negeri itu mengenakan tarif 25% pada puluhan ribu kendaraan yang diimpor dari tetangganya tersebut.

Perdana Menteri Mark Carney mengumumkan "tarif 25 persen pada semua kendaraan yang diimpor dari Amerika Serikat yang tidak mematuhi CUSMA. CUSMA sendiri adalah akronim Kanada untuk perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara yang ada.

"Tarif pada kendaraan AS senilai Can$35,6 miliar dolar akan mulai berlaku dalam beberapa hari mendatang," bunyi keterangan kantornya mengatakan kepada AFP.

Tarif Kanada akan memengaruhi mobil dan truk ringan yang dibuat dengan kurang dari 75% suku cadang Amerika Utara. Ini sekitar 10% dari semua kendaraan yang dikirim dari AS ke Kanada atau sekitar 67.000 kendaraan setiap tahunnya.

Kanada sebagian besar terhindar dari tarif global yang diumumkan Trump pada hari Rabu, karena Washington memberikan pengecualian untuk barang-barang yang mematuhi perjanjian perdagangan bebas AS-Kanada-Meksiko, yang mencakup sebagian besar produk. Namun Kanada, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Amerika, masih menghadapi tarif untuk baja, aluminium, dan produk lainnya, selain pungutan untuk mobil.

"Trump menghancurkan ekonomi global," ujar Carney.

"Sistem perdagangan global yang berlabuh di Amerika Serikat yang diandalkan Kanada sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua... sudah berakhir," tambahnya.

"Periode 80 tahun ketika Amerika Serikat mengemban tugas kepemimpinan ekonomi global, menjalin aliansi yang berakar pada kepercayaan dan rasa saling menghormati, memperjuangkan pertukaran barang dan jasa yang bebas dan terbuka telah berakhir," ujarnya lagi menyebut "tragedi".

Ottawa sebelumnya telah mengenakan tarif balasan terhadap barang-barang konsumen AS senilai Can$30 miliar dolar dan impor baja dan aluminium AS senilai hampir Can$30 miliar dolar ke Kanada.



Narasumber https://beritahudotid.blogspot.com/

https://lit.link/en/bet888top

https://desty.page/bet888new

https://linkpop.com/bet888api

Dampak Tarif Baru Trump: Dunia Siap-Siap Hadapi Resesi Global!

 


BERITAHUDOTID - WWW.SLOT1000K.COM Dunia terancam masuk jurang resesi karena tarif impor baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Hal ini ditegaskan JPMorgan dalam laporan terbarunya, Kamis.

Jika tarif Trump benar-benar resmi diterapkan, tarif dasar 10% pada 5 April dan yang lebih tinggi ke beberapa negara per 9 April, risiko resesi global akan naik. Dari sebelumnya 40% menjadi 60%.

Catatan tersebut menyoroti kekhawatiran bahwa dampak ekonomi dapat diperburuk oleh potensi pembalasan, gangguan rantai pasokan, dan pukulan terhadap kepercayaan bisnis. JPMorgan juga memperingatkan bahwa pembatasan perdagangan yang sedang berlangsung dan pengurangan imigrasi dapat menyebabkan masalah sisi pasokan jangka panjang yang melemahkan pertumbuhan AS.

Namun, bank tersebut mencatat bahwa ekonomi AS dan global tetap kuat secara fundamental. Ini seharusnya mampu menyerap guncangan secara moderat meskipun masih melihat perkembangan kebijakan lebih lanjut dalam waktu dekat.

Kenaikan tarif akan mencapai sekitar 2,2% dari PDB. Sementara itu, kenaikan tersebut akan menambah hampir 2% pada indeks harga konsumen.

"Penerapan penuh kebijakan ini sebagai guncangan ekonomi makro yang substansial yang saat ini," kata ekonom global di JPMorgan Nora Szentivanyi, yang menulis laporan dikutip dari CNBC International, Jumat (4/4/2025).

"Guncangan ini kemungkinan akan diperbesar oleh dampaknya pada sentimen dan melalui pembalasan negara-negara yang menghadapi peningkatan signifikan dalam tarif mereka," ujarnya.

"Oleh karena itu, kami menekankan bahwa kebijakan ini, jika dipertahankan, kemungkinan akan mendorong ekonomi AS dan global ke dalam resesi tahun ini," tegasnya.

Pastinya, lanjut ekonom tersebut, ia tidak akan segera membuat perubahan apa pun pada perkiraannya. Hal ini menunggu untuk melihat bagaimana kebijakan tersebut akan diterapkan dalam beberapa hari mendatang.

Sementara itu, tingkat keparahan tarif Trump membuat investor khawatir pada Kamis pagi waktu AS. Indeks berjangka Dow Jones Industrial Average anjlok lebih dari 1.200 poin karena kekhawatiran akan perang dagang global.



Narasumber https://beritahudotid.blogspot.com/

heylink.me/slot1000k

https://allmy.bio/www.slot1000k.com

https://linktr.ee/slot1000k

https://kera4dku.blogspot.com/

Kehilangan Rp33.000 T dalam 20 Menit, Nike, Boeing, dan Google Terkubur di S&P

 


BERITAHUDOTID - WWW.SLOT-500.ORG Saham-saham perusahaan raksasa berguguran pada perdagangan Kamis (3/4/2025). Market cap indeks S&P bahkan diperkirakan menguap US$2 triliun atau sekitar Rp 33.110 triliun (US$1= Rp 16.555).

Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai tarif resiprokal berpotensi mengganggu tatanan perdagangan dunia dan membuat bisnis tidak stabil, bahkan memicu resesi.

Para analis dan ekonom memperingatkan bahwa tarif yang besar pada impor dari pusat manufaktur di Asia serta kemungkinan tindakan balasan dari negara lain dapat mengguncang rantai pasokan global, menekan margin keuntungan perusahaan, dan secara signifikan meningkatkan risiko resesi.

Ken Mahoney, CEO Mahoney Asset Management di Montvale, New Jersey, mengatakan bahwa beberapa perusahaan kemungkinan akan memberikan peringatan dini pada musim laporan keuangan kali ini.

"Apa panduan yang bisa diberikan perusahaan dalam skenario seperti ini ketika keadaan terlihat begitu suram?" kata Ken kepada Reuters.

"Bahkan sebelum tarif ini benar-benar ditetapkan, kami sudah mendengar dari perusahaan seperti Walmart dan Delta bahwa mereka mulai mengalami perlambatan hanya karena pembicaraan tentang tarif ini dimulai. Jadi, kita hanya bisa membayangkan apa yang akan mereka katakan sekarang," imbuhnya.

Saham AS Berguguran

Indeks S&P jeblok 4,8% pada perdagangan Kamis kemarin yang membuatnya kehilangan market cap senilai US$ 2 triliun dalam hitungan 20 menit. 

Merujuk BERITAHUDOTID, market cap S&P kehilangan US$ 125 miliar per menit pada 4.25 PM hingga 4.42 PM Easter Time. Total market cap yang hilang menembus US$ 2 triliun dalam 20 menit tersebut.

Deretan saham dengan penurunan sangat tajam adalah Dell Technologies Inc. (DELL) yang anjlok 19,11% dan Best Buy Company, Inc. (BBY) yang jeblok 17,82%.


Saham yang terdaftar di Dow Jones juga berguguran. Produsen sepatu dan apparel Nike (NKE) menjadi saham paling jeblok dan turun hingga 14,4% ke US$ 55,58/saham. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 7 November 2011 atau lebih dari tujuh tahun terakhir.

Penurunan tajam tersebut membuat Nike kehilangan $13,9 miliar atau sekitar Rp 230,11 triliun dalam kapitalisasi pasar akibat sentimen negatif dari kebijakan tarif ini.

Nike diperkirakan akan sangat terdampak dari kenaikan tarif yang dikenakan pada negara-negara tempat produksinya.

Pada 2024, sekitar 50% sepatu merek Nike diproduksi di Vietnam, 27% di Indonesia, dan 18% di China. Untuk pakaian merek Nike, 28% dibuat di Vietnam, 16% di China, dan 15% di Kamboja.


Saham Nike

Trump menerapkan tarif 34% untuk China (54% jika digabungkan dengan tarif sebelumnya sebesar 20%), 46% untuk Vietnam, 49% untuk Kamboja, dan 32% untuk Indonesia. Selain itu, ada tarif universal sebesar 10% yang akan berlaku mulai 5 April, sedangkan tarif balasan akan berlaku pada 9 April.

Meskipun Nike terkena dampak tarif yang besar, masih ada sedikit harapan karena tidak semua pendapatannya berasal dari AS. Pada 2024, hanya 42% dari total pendapatan Nike yang berasal dari pasar AS.

Perusahaan Teknologi Jeblok

Perusahaan Teknologi Raksasa AS Seperti Apple, Walmart, dan Nike menjadi pemicu jatuhnya pasar saham global.

Saham Apple (AAPL.O) turun 8,8%, dan menjadi beban terbesar bagi indeks S&P 500. Lebih dari 90% produksinya berbasis di China, salah satu negara yang paling terdampak oleh tarif ini..

Rosenblatt Securities memperkirakan bahwa pembuat iPhone ini bisa menghadapi biaya tarif sebesar US$39,5 miliar. Jika biaya ini sepenuhnya ditanggung oleh Apple, maka hal tersebut akan berdampak pada penurunan sekitar 32% terhadap laba operasional dan pendapatan per saham mereka.

Produsen PC dan server kecerdasan buatan (AI) juga akan terkena dampak besar. AS mengimpor hampir US$486 miliar dalam bentuk elektronik tahun lalu, menjadikannya sektor impor terbesar kedua setelah mesin.

Pergerakan saham Amazon, Google, dan Nvidia

Produsen PC seperti Dell (DELL.N) dan HP (HPQ.N) diperkirakan akan menghadapi kenaikan biaya sekitar 10%-25%, yang menambah antara $200 hingga $500 per unit, menurut Tony Redondo, pendiri Cosmos Currency Exchange.

Hal ini akan menekan margin keuntungan perusahaan-perusahaan tersebut atau memaksa mereka menaikkan harga, yang berpotensi semakin melemahkan permintaan komputer pribadi (PC), yang sudah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Saham Dell dan HP turun sekitar 17% dan 14%, masing-masing.

Tarif ini juga akan membuat server kecerdasan buatan menjadi lebih mahal yang berpotensi menambah biaya jutaan dolar dan mengganggu rencana pengembangan AI di perusahaan teknologi besar.

Microsoft dan Alphabet Tertekan, Sektor Ritel Juga Menderita

Saham Microsoft (MSFT.O) turun 1,5%, sementara Alphabet (GOOGL.O) anjlok 3,2%.

Meskipun semikonduktor tidak termasuk dalam daftar barang yang dikenai tarif timbal balik, para analis mengatakan bahwa sektor ini kemungkinan masih akan terkena dampak tarif dasar 10%.

Saham perusahaan ritel besar AS, termasuk Walmart (WMT.N), Amazon (AMZN.O), dan Target (TGT.N), turun antara 1,5% hingga 11%. Ketergantungan mereka pada beberapa negara Asia, termasuk China, sebagai pemasok utama dapat memaksa mereka menaikkan harga.

Di antara pusat produksi global utama, China dikenai tarif agregat sebesar 54%. Vietnam dikenai tarif 46%, Kamboja 49%, dan Indonesia 32%.

Saham peritel pakaian olahraga Lululemon (LULU.O) jeblok 10%,

Lembaga keuangan besar Wall Street, termasuk JPMorgan Chase & Co (JPM.N), Citigroup (C.N), dan Bank of America Corp (BAC.N), yang sensitif terhadap risiko ekonomi, mengalami penurunan harga saham antara 6% hingga 11%.

Penurunan valuasi ekuitas, ditambah dengan pemulihan yang lambat dalam aktivitas merger dan akuisisi serta penawaran umum perdana (IPO), meningkatkan kekhawatiran bahwa pendapatan perbankan investasi bisa tertekan. Kepercayaan konsumen yang lebih lemah juga dapat mengurangi pengeluaran, yang berdampak pada permintaan pinjaman.

Bank-bank regional seperti Citizens Financial (CFG.N) dan U.S. Bancorp (USB.N) juga melemah.

Saham produsen mobil merosot, dengan Ford (F.N) turun sekitar 4,7% dan General Motors (GM.N) turun 3,8%, karena tarif otomotif dijadwalkan mulai berlaku pada Kamis.

Saham produsen kendaraan listrik Rivian (RIVN.O) turun 7,3%, Lucid (LCID.O) turun 1,9%, sementara Tesla (TSLA.O) anjlok hampir 5,3%.

Tarif ini diperkirakan akan menambah biaya sebesar $2.500 hingga $5.000 untuk mobil Amerika dengan harga terendah, dan hingga $20.000 untuk beberapa model impor. Dampak tarif terhadap konsumen AS diperkirakan mencapai $30 miliar dalam tahun pertama, menurut estimasi Anderson Economic Group.

Ford (F.N) mengumumkan diskon untuk beberapa model mulai Kamis, memanfaatkan stok yang sehat untuk menawarkan potongan harga ribuan dolar kepada pelanggan, sementara pesaingnya menaikkan harga guna menyerap biaya tarif.


Sektor farmasi untuk sementara dibebaskan dari tarif, membantu saham perusahaan farmasi besar seperti Pfizer (PFE.N) dan Johnson & Johnson (JNJ.N) bertahan dari gejolak pasar.

Saham J&J naik 2,7%, sementara Amgen (AMGN.O) dan Merck (MRK.N) masing-masing naik kurang dari 1% dalam perdagangan sore. Pfizer, di sisi lain, turun sekitar 1%.

Namun, sektor farmasi belum sepenuhnya aman. Analis UBS, Trung Huynh, mengatakan bahwa Trump memiliki "keinginan kuat untuk mengubah industri ini," yang bisa mencakup putaran tarif baru atau pendekatan bertahap dalam mengenakan bea pada obat-obatan.

Perusahaan farmasi AS saat ini sedang melobi Trump untuk menerapkan tarif secara bertahap pada produk farmasi impor guna mengurangi dampak biaya dan memberi waktu bagi perusahaan untuk mengalihkan produksi.

Saham Energi Ambruk

Saham energi dan harga minyak mentah jatuh tajam meskipun impor minyak, gas, dan produk olahan dibebaskan dari tarif baru Trump.

Harga minyak mentah Brent dan WTI AS turun lebih dari 6%, menekan saham perusahaan minyak, kilang, dan jasa ladang minyak.

Perusahaan produsen minyak seperti APA (APA.O) dan Devon Energy (DVN.N), serta perusahaan jasa minyak Halliburton (HAL.N) dan perusahaan penyulingan Valero (VLO.N), mengalami penurunan harga saham antara 12% hingga 14%.

"Meskipun sektor energi tidak masuk dalam daftar tarif, harga minyak mentah mengalami tekanan turun yang jelas hari ini, terutama dipicu oleh ketakutan akan perlambatan ekonomi global," kata Henry Hoffman, co-portfolio manager dari Catalyst Energy Infrastructure Fund, kepada Beritahudotid.